5, 6, 7
2016. Saat seharusnya aku akan menjemput malam dengan bersolek secantik-cantiknya seperti impianku. 5 detik setelahnya, 5 detik setelahnya, hatiku yang diambil tanpa kata, berpulang tanpa nama.
2017. Saat seharusnya aku pacu kudaku menuju kastil impianku. 6 detik setelahnya, 6 detik setelahnya, tapal kudaku dicuri, kakinya ditebas gubuk sebelah, berdarah-berdarah ia setelahnya.
2018. Saat seharusnya aku kayuh sepedaku dengan kencang, untuk segera bertemu ibu peri, membawa semangkuk batu safir. 7 detik setelahnya, 7 detik setelahnya, matahari menyengatnya. Bukan lagi sinarnya, ia buat batu itu menemui titik didihnya.
Mereka mencintai aku yang pemurung, dan tidak berdaya.
2017. Saat seharusnya aku pacu kudaku menuju kastil impianku. 6 detik setelahnya, 6 detik setelahnya, tapal kudaku dicuri, kakinya ditebas gubuk sebelah, berdarah-berdarah ia setelahnya.
2018. Saat seharusnya aku kayuh sepedaku dengan kencang, untuk segera bertemu ibu peri, membawa semangkuk batu safir. 7 detik setelahnya, 7 detik setelahnya, matahari menyengatnya. Bukan lagi sinarnya, ia buat batu itu menemui titik didihnya.
Mereka mencintai aku yang pemurung, dan tidak berdaya.
Komentar
Posting Komentar